*Dapil IV Banyak 'Vote Getter' Parpol
Pertarungan Dinilai Paling Berat
Perjuangan calon anggota legislatif (Caleg) yang mencalokan diri di Daerah Pemilihan (Dapil) IV Kota Lubuklinggau diprediksi paling berat, bahkan disebut Dapil “Neraka”. Bagaimana prediksinya. Berikut liputannya.
Muhammad Yasin, Lubuklinggau Timur II
Sejumlah Caleg yang mencalokan diri di Dapil IV meliputi Kecamatan Lubuklinggau Timur I dan Lubuklinggau Timur II yang sempat bercerita kepada Linggau Pos mengakui bahwa persaingan Caleg di Dapil IV paling berat dibandingkan Dapil lainnya. Bukan berarti perjuangan Caleg di I, II maupun Dapil III tidak berat. Pasalnya di Dapil IV diketahui cukup banyak ‘calon kuat’.
Asumsi ‘calon kuat’ dimaksud diantaranya calon incumbent dalam hal ini adalah Anggota DPRD Kota Lubuklinggau yang kembali mencalokan diri. Selain itu tokoh masyarakat seperti mantan pejabat. Dan Caleg baru mencalonkan diri yang memiliki modal besar.
Adapun calon incumbent di Dapil IV diantaranya Hj Lilian Mardalena dan Djonny dari Partai Golongan Karya (Golkar). Romi Jaya dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Taufik Siswanto Partai Demokrat (PD).
Salah seorang Caleg sumber koran ini namanya sengaja dirahasiakan mengakui pesaing di Dapil IV lebih berat. Kendati ia merupakan calon incumbent namun tetap saja khawatir kebobolan. Sebab basis dukungannya yang selama ini dibinapun mulai ‘dipereteli lawan’.
“Persaingan di Dapil IV memang berat. Bukan berarti Dapil lainnya tidak berat, di semua Dapil persaingannya berat juga namun untuk di Dapil IV ini lain, karena calon-calon kuat menumpuk di sini (Dapil IV,red),” ceritanya kepada Linggau Pos
Pernyataan hampir sama juga diungkapkan salah seorang politisi baru mencalonkan diri pada pemilihan legislatif (Pileg) 2014.
“Sebagai calon baru saya sulit untuk meraup suara. Kalau melihat calon-calon yang ada. Namun karena sudah kepalangan mencalonkan diri maka harus berjuang dulu, soal hasilnya nanti yang penting berusaha,” ungkapnya.
Pengamat sosial politik Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas, Kurniawan Eka Saputra sependapat terhadap pernyataan sejumlah Caleg tersebut.
“Sepakat bahwa Dapil IV adalah Dapil ‘Neraka’ karena banyak 'vote getter' Parpol yang akan bertarung di Dapil ini dengan basis massa
serta logistik yang kuat,” katanya kepada Linggau Pos, Selasa (21/11).
Lebih lanjut pria yang akrab disapa Eka Rahman mengungkapkan, komposisi Caleg masing-masing Parpol di Dapil IV secara statistik maupun logistik banyak yang kuat. Coba cek di Partai Golkar ada Jonny, Hj Lilian yang suaranya saat Pemilu 2009 di atas 1.000 pemilih.
Belum lagi H Rodi Wiajaya (HRW) sebagai ketua DPD Partai Golkar Kota Lubuklinggau. Ada juga Suparto H Ujang, yang punya pengalaman legislatif di Kabupaten Musi Rawas.
Di Partai Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ada Andri Tanzil mantan Anggota DPRD Kota Lubuklinggau, Musdalifah, Irwan dan Drs HM Asri mantan kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag Kota Lubuklinggau).
“Komposisi ini yang membuat pertarungan Dapil IV menjadi sangat ketat,” ungkapnya.
Dijelaskannya bahwa, jumlah kursi di Dapil IV paling banyak dibandingkan Dapil lain yaitu 9 kursi. Banyaknya jumlah kursi di Dapil IV karena jumlah penduduknya lebih banyak untuk Kecamatan Lubuklinggau Timur I, 29.098 jiwa, jumlah pemilihnya 21.542. Sedangkan Kecamatan Lubuklinggau Timur II jumlah penduduknya 32.203 jiwa, jumlah pemilih 23.170. Jadi total jumlah Penduduk di Dapil IV 61.301 jiwa, total pemilih 44.712 -Jumlah penduduk, DPT dan jumlah kursi per Dapil lihat tabel.
Kendati demikian banyaknya jumlah penduduk tidak menandakan mahalnya ‘harga kursi’. “Tidak mesti besaran penduduk dapat diartikan mahalnya harga kursi, karena akan tergantung pada tingkat partisipasi pemilih. Harus diingat perebutan atau harga kursi di tentukan oleh BPP (bilangan pembagi pemilih) masing-masing Dapil yaitu suara sah berbanding jumlah kursi di Dapil tersebut,” jelasnya.
Kondisi tersebut dipengaruh juga oleh tingkat partisipasi pemilih. “Jadi bisa saja jika tingkat partisipasi pemilih di salah satu Dapil rendah maka harga kursi bisa lebih rendah. Contoh pada pemilu 2009 harga kursi di Dapil 2 (Kecamatan Lubuklinggau Timur I dan Lubuklinggau Timur II) paling rendah karena BPP di Dapil 2 hanya 2.871 dengan suara sah 28.705 sementara di Dapil 1 (Kecamatan Lubuklinggau Barat I, Lubuklinggau barat II, Lubuklinggau Utara I, Lubuklinggau Utara II) BPP 4.223 dengan suara sah 46.448. Sedangkan Dapil 3 (Kecamatan Lubuklinggau Selatan I dan Lubuklinggau Selatan II) BPP 4.714 dengan suara sah 18.856 suara. Dapil 3 BPP paling tinggi saat itu,” paparnya.
Untuk diketahui pada pemilu 2009, jumlah kursi yang diperebutkan di Dapil 1 (11 kursi), Dapil 2 (10 kursi) dan Dapil 3 (4 kursi). (*)
Pertarungan Dinilai Paling Berat
Perjuangan calon anggota legislatif (Caleg) yang mencalokan diri di Daerah Pemilihan (Dapil) IV Kota Lubuklinggau diprediksi paling berat, bahkan disebut Dapil “Neraka”. Bagaimana prediksinya. Berikut liputannya.
Muhammad Yasin, Lubuklinggau Timur II
Sejumlah Caleg yang mencalokan diri di Dapil IV meliputi Kecamatan Lubuklinggau Timur I dan Lubuklinggau Timur II yang sempat bercerita kepada Linggau Pos mengakui bahwa persaingan Caleg di Dapil IV paling berat dibandingkan Dapil lainnya. Bukan berarti perjuangan Caleg di I, II maupun Dapil III tidak berat. Pasalnya di Dapil IV diketahui cukup banyak ‘calon kuat’.
Asumsi ‘calon kuat’ dimaksud diantaranya calon incumbent dalam hal ini adalah Anggota DPRD Kota Lubuklinggau yang kembali mencalokan diri. Selain itu tokoh masyarakat seperti mantan pejabat. Dan Caleg baru mencalonkan diri yang memiliki modal besar.
Adapun calon incumbent di Dapil IV diantaranya Hj Lilian Mardalena dan Djonny dari Partai Golongan Karya (Golkar). Romi Jaya dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Taufik Siswanto Partai Demokrat (PD).
Salah seorang Caleg sumber koran ini namanya sengaja dirahasiakan mengakui pesaing di Dapil IV lebih berat. Kendati ia merupakan calon incumbent namun tetap saja khawatir kebobolan. Sebab basis dukungannya yang selama ini dibinapun mulai ‘dipereteli lawan’.
“Persaingan di Dapil IV memang berat. Bukan berarti Dapil lainnya tidak berat, di semua Dapil persaingannya berat juga namun untuk di Dapil IV ini lain, karena calon-calon kuat menumpuk di sini (Dapil IV,red),” ceritanya kepada Linggau Pos
Pernyataan hampir sama juga diungkapkan salah seorang politisi baru mencalonkan diri pada pemilihan legislatif (Pileg) 2014.
“Sebagai calon baru saya sulit untuk meraup suara. Kalau melihat calon-calon yang ada. Namun karena sudah kepalangan mencalonkan diri maka harus berjuang dulu, soal hasilnya nanti yang penting berusaha,” ungkapnya.
Pengamat sosial politik Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas, Kurniawan Eka Saputra sependapat terhadap pernyataan sejumlah Caleg tersebut.
“Sepakat bahwa Dapil IV adalah Dapil ‘Neraka’ karena banyak 'vote getter' Parpol yang akan bertarung di Dapil ini dengan basis massa
serta logistik yang kuat,” katanya kepada Linggau Pos, Selasa (21/11).
Lebih lanjut pria yang akrab disapa Eka Rahman mengungkapkan, komposisi Caleg masing-masing Parpol di Dapil IV secara statistik maupun logistik banyak yang kuat. Coba cek di Partai Golkar ada Jonny, Hj Lilian yang suaranya saat Pemilu 2009 di atas 1.000 pemilih.
Belum lagi H Rodi Wiajaya (HRW) sebagai ketua DPD Partai Golkar Kota Lubuklinggau. Ada juga Suparto H Ujang, yang punya pengalaman legislatif di Kabupaten Musi Rawas.
Di Partai Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ada Andri Tanzil mantan Anggota DPRD Kota Lubuklinggau, Musdalifah, Irwan dan Drs HM Asri mantan kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag Kota Lubuklinggau).
“Komposisi ini yang membuat pertarungan Dapil IV menjadi sangat ketat,” ungkapnya.
Dijelaskannya bahwa, jumlah kursi di Dapil IV paling banyak dibandingkan Dapil lain yaitu 9 kursi. Banyaknya jumlah kursi di Dapil IV karena jumlah penduduknya lebih banyak untuk Kecamatan Lubuklinggau Timur I, 29.098 jiwa, jumlah pemilihnya 21.542. Sedangkan Kecamatan Lubuklinggau Timur II jumlah penduduknya 32.203 jiwa, jumlah pemilih 23.170. Jadi total jumlah Penduduk di Dapil IV 61.301 jiwa, total pemilih 44.712 -Jumlah penduduk, DPT dan jumlah kursi per Dapil lihat tabel.
Kendati demikian banyaknya jumlah penduduk tidak menandakan mahalnya ‘harga kursi’. “Tidak mesti besaran penduduk dapat diartikan mahalnya harga kursi, karena akan tergantung pada tingkat partisipasi pemilih. Harus diingat perebutan atau harga kursi di tentukan oleh BPP (bilangan pembagi pemilih) masing-masing Dapil yaitu suara sah berbanding jumlah kursi di Dapil tersebut,” jelasnya.
Kondisi tersebut dipengaruh juga oleh tingkat partisipasi pemilih. “Jadi bisa saja jika tingkat partisipasi pemilih di salah satu Dapil rendah maka harga kursi bisa lebih rendah. Contoh pada pemilu 2009 harga kursi di Dapil 2 (Kecamatan Lubuklinggau Timur I dan Lubuklinggau Timur II) paling rendah karena BPP di Dapil 2 hanya 2.871 dengan suara sah 28.705 sementara di Dapil 1 (Kecamatan Lubuklinggau Barat I, Lubuklinggau barat II, Lubuklinggau Utara I, Lubuklinggau Utara II) BPP 4.223 dengan suara sah 46.448. Sedangkan Dapil 3 (Kecamatan Lubuklinggau Selatan I dan Lubuklinggau Selatan II) BPP 4.714 dengan suara sah 18.856 suara. Dapil 3 BPP paling tinggi saat itu,” paparnya.
Untuk diketahui pada pemilu 2009, jumlah kursi yang diperebutkan di Dapil 1 (11 kursi), Dapil 2 (10 kursi) dan Dapil 3 (4 kursi). (*)
0 komentar:
Tulis komentar anda
Tell us what you're thinking... !